Setiap manusia yang bekerja mencari nafkah harus memiliki motivasi tinggi untuk sukses. Hal ini berlaku umum bagi siapa pun, termasuk kita sebagai Pegawai Negeri Sipil maupun Pegawai Tidak Tetap di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau. Namun sayangnya pandangan yang umum berlaku di masyarakat adalah PNS tidak memiliki motivasi dan etos kerja yang tinggi, dan akibatnya kinerja pun rendah. Pandangan tersebut tidak bisa disalahkan sepenuhnya mengingat ulah beberapa oknum yang merusak citra PNS dengan sikap dan perbuatan mereka masing-masing. Tak bisa dipungkiri masih ada oknum PNS yang tidak bekerja dengan baik, bahkan cenderung asal-asalan, namun mereka petantang-petenteng di balik seragam PNS yang dikenakannya. Namun, apakah kita akan terus membiarkan citra tersebut melekat dalam diri kita? Bagaimana upaya kita untuk mengubah pandangan negatif tersebut?
Cara terbaik untuk mengubah pandangan
negatif masyarakat terhadap kinerja PNS adalah dengan memperbaiki diri
kita sendiri. Tak ada gunanya kita berkoar-koar dan marah-marah pada
masyarakat yang beranggapan demikian, padahal kita sendiri tidak berniat
memperbaiki kinerja sebagai PNS. Untuk memperbaiki kinerja kita, salah
satu faktor penting adalah dengan memperbaiki motivasi kerja.
Sebetulnya, apakah yang dimaksud dengan
motivasi kerja? Menurut D. Alrisna Sita (2012) dalam kertas kerjanya
yang dipublikasikan melalui eprints.uny.ac.id, motivasi kerja adalah
dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik yang berasal dari dalam
dan luar dirinya, untuk melakukan suatu pekerjaan dengan semangat tinggi
menggunakan semua kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya, yang
bertujuan untuk mendapatkan hasil kerja sehingga mencapai kepuasan
sesuai dengan keinginannya. Jadi bisa disimpulkan di sini bahwa dalam
motivasi kerja ada faktor pendorong (dari dalam maupun luar diri
seseorang), faktor semangat, kemampuan dan ketrampilan, serta adanya
tujuan yang hendak dicapai. Hal ini ditambah dengan adanya kepuasan yang
dirasakan apabila hasil kerja itu sesuai dengan keinginan. Dengan
demikian dapat juga ditarik kesimpulan bahwa hilangnya salah satu faktor
tersebut dapat menyebabkan menurunnya motivasi kerja seseorang. Perlu
ditambahkan di sini bahwa faktor lingkungan juga bisa mempengaruhi
motivasi kerja, mengingat manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan
penerimaan, kerjasama, keakraban dan rasa memiliki.
reward-punishment
yang jelas di kantornya sebagai penyebab turunnya motivasi kerja. Bagi
si C yang memiliki kebutuhan untuk dihargai, tidak adanya perhatian dan
penghargaan dari atasan menyebabkan dirinya kehilangan motivasi kerja.
Bagi yang lainnya, konflik dalam rumah tangga maupun hubungan dengan
kekasih bisa mengakibatkan mereka kehilangan motivasi kerja. Ada juga
faktor-faktor lainnya seperti faktor atasan (misalnya cuek terhadap
bawahannya, terlalu doyan kerja dan menuntut bawahan untuk bekerja
sekeras dirinya padahal gaji tidak seimbang, atasan yang tidak disiplin
sehingga berimbas pada suasana kerja yang tidak terkontrol, atasan yang
punya banyak side job sehingga mengabaikan tugas-tugas utamanya
di kantor, dan lain sebagainya), faktor pribadi (kesehatan yang
menurun, hubungan suami-istri yang tidak harmonis, masalah yang dialami
anak-anak mereka, terlalu banyak tuntutan dari keluarga yang membuatnya
kelabakan untuk memenuhinya, tidak adanya rasa tanggung jawab terhadap
pekerjaan karena sebetulnya pegawai itu adalah anak orang kaya yang
tidak butuh pekerjaan, merasa tidak mampu karena tidak memiliki
kompetensi yang sesuai dengan pekerjaannya, dan lain-lain), maupun
faktor-faktor lainnya.
Sebelum membahas bagaimana meningkatkan
motivasi kerja, ada baiknya kita ulas sedikit hal-hal yang bisa
menyebabkan turunnya motivasi kerja seseorang. Ada beberapa sebab yang
mungkin berbeda bagi setiap orang. Bagi si A, sedikitnya pendapatan yang
diperoleh dari pekerjaannya bisa membuat dirinya kehilangan motivasi
kerja. Sementara si B menunjuk faktor tidak adanya
Apapun penyebabnya, turunnya motivasi
kerja berimbas sangat besar bagi keberlangsungan organisasi. Bayangkan
sebuah organisasi dengan anggota-anggota yang loyo dan tidak bersemangat
dalam bekerja, tentu hasil yang dicapai organisasi tersebut tidak akan
bagus bukan? Organisasi akan terseok-seok dan bahkan akhirnya bakal
tumbang tergilas perkembangan zaman. Untuk itu organisasi harus
senantiasa menjaga keberlangsungannya dengan cara memperbaiki motivasi
dan kinerja anggota-anggota di dalamnya. Namun, upaya pribadi setiap
anggota organisasi dalam memperbaiki dirinya sendiri tentulah jauh lebih
efektif ketimbang sekedar menunggu langkah organisasi untuk
memperbaikinya.
Bagaimana sebetulnya cara untuk
memperbaiki dan meningkatkan motivasi kerja? Mungkin cara paling efektif
adalah seperti dalam ilustrasi di atas, yaitu kalimat dari mendiang
Steve Jobs, entrepreneur jenius yang juga mantan CEO Apple Inc. Beliau
mengatakan bahwa cara satu-satunya untuk melakukan kerja yang hebat
adalah dengan mencintai pekerjaan kita. Dengan mencintai pekerjaan, kita
akan tertantang dan termotivasi untuk melakukan yang terbaik. Rasa
cinta pada pekerjaan membuat kita akan terus berusaha menggali potensi
diri dan meningkatkan kompetensi agar bisa memberikan yang terbaik. Kita
juga akan berusaha menciptakan situasi yang kondusif, baik dalam
keluarga maupun di lingkungan kerja, agar kita merasa tenang dalam
melakukan pekerjaan yang kita cintai. Apabila kita bisa bekerja dengan
tenang, dalam lingkungan yang kondusif dan dukungan penuh dari keluarga,
tentu saja pekerjaan tersebut akan bisa kita kerjakan dengan optimal
dan mendapat hasil yang memuaskan pula.
Namun apa jadinya bila situasi ideal
tersebut tidak bisa tercapai? Misalnya keluarga yang kurang mendukung,
atasan yang pilih kasih, rekan kerja yang iri pada kita dan tega
melakukan berbagai cara untuk menjegal kita? Walaupun kita cinta
setengah mati pada pekerjaan tersebut, namun dengan situasi yang
demikian tentu mau tidak mau akan menyebabkan kita harus berpikir ulang
akan pekerjaan tersebut. Semangat kerja yang hilang dan situasi sulit
yang dihadapi, bisa saja membuat kita kehilangan arah dan bahkan
berpikir untuk meninggalkan pekerjaan tersebut. Sepintas, hal tersebut
adalah hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki keadaan.
Sebelum kita mengambil keputusan apapun,
ada baiknya kita memikirkan hal-hal berikut ini (kompasiana : Tiga Cara
Untuk Meningkatkan Semangat Bekerja, 2013). Pertama,
ingatlah kepada orang-orang yang bergantung kepada kita. Misalnya
keluarga terdekat kita yang paling terkena dampak dari
keputusan-keputusan yang kita ambil. Apabila kita langsung mengambil
langkah ekstrem berupa meninggalkan pekerjaan kita, bagaimana dampak
yang akan dirasakan oleh keluarga? Tentunya dengan mengingat orang-orang
yang tergantung pada kita, akan membuat kita lebih berhati-hati dalam
mengambil keputusan. Kita juga bisa lebih termotivasi dalam pekerjaan.
Yang kedua, ingatlah
manfaat yang bisa kita berikan pada orang lain. Karena sebaik-baik
manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Seremeh apapun
pekerjaan kita, mungkin kita tidak menyadari betapa besar manfaatnya
bagi orang lain. Sehingga dengan selalu mengingat hal ini, kita bisa
merasa lebih termotivasi untuk melakukan pekerjaan kita.
Yang terakhir adalah
dengan memberi semangat kepada orang lain. Anda mungkin berpikir, kita
sendiri sedang tidak bersemangat, bagaimana mungkin bisa memberi
semangat pada orang lain? Suntikan semangat yang kita berikan pada orang
lain mungkin saja tidak berkaitan dengan pekerjaan sama sekali. Kita
bisa memberikan semangat positif dalam masalah keluarga, pergaulan,
kesehatan, atau apapun. Semangat yang positif akan menular dan justru
membuat kita menjadi lebih bersemangat apabila kita bisa menginspirasi
orang lain. Apalagi bila ternyata suntikan semangat yang kita berikan
bisa mempengaruhi orang lain untuk menjadi lebih baik. Dengan demikian,
kita pun akan menjadi lebih bersemangat dalam menjalani hidup dan
pekerjaan kita.
Namun apabila ketiga hal tersebut sudah
kita lakukan, juga berbagai upaya telah kita tempuh, namun tetap tidak
berhasil, mungkin ada baiknya kita berpikir ulang tentang pindah
pekerjaan. Walaupun harus diingat bahwa di mana pun kita berada dan
bekerja, tidak tertutup kelak kita akan menemukan situasi yang sama, dan
orang-orang yang berperilaku sama pula. Karena itulah, jauh lebih
penting untuk mengubah sikap dan pandangan kita daripada berusaha
mengubah dunia. Seperti yang pernah dikatakan oleh Albert Einstein
(www.goodreads.com, 2014) dunia sesungguhnya merupakan hasil dari proses
berpikir kita. Dunia tidak bisa berubah tanpa perubahan pola pikir
kita. “The world as we have created it is a process of our thinking. It cannot be changed without changing our thinking.”
Jadi kitalah yang harus mengubah cara berpikir kita terhadap dunia,
dengan begitu hidup ini bisa menjadi lebih mudah bagi diri kita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar